In

Ujian Tulis, Lisan, atau take home?


Ujian tulis, lisan, atau take home? which one do you prefer? Saya sudah melalui beberapa jenjang pendidikan...dan yang pasti, tidak ada seorangpun siswa yang menyukai ujian. Hahaha. Termasuk saya. I love learning. But I hate exam.

Selama pendidikan dasar dan menengah (SD-SMA) tentunya gak ada itu, yang namanya ujian take home. Adanya ujian tulis, lisan, dan praktikum. Ketika saya memasuki jenjang perguruan tinggi, S1, sistem masih sama. Ujian mayoritas di almamater saya adalah: tulisan. Sangat jaraaaang sekali ujian lisan atau praktikum (kecuali memang pada mata kuliah praktikum), apalagi ujian take home.

Hal yang lain saya temukan ketika melanjutkan kuliah di jenjang profesi. Ujian di sini justru mayoritas open book (kalau pas jaman S1, jaraaaang sekali saya dapat ujian open book yang resmi..hehe), take home, laporan penelitian, atau presentasi.

Daaan... hal yang semakin berbeda saya temukan lagi ketika saya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, program magister. Di jenjang ini, justru 90% ujian dalam bentuk presentasi dan take home. Makalah...presentasi...makalah..presentasi...jadi makanan sehari-hari.

Sistem ujian yang berbeda tentunya memiliki makna berbeda. Sistem yang berbeda menunjukkan perbedaan aspek evaluasi, unsur-unsur yang dievaluasi, dan, bermuara pada perbedaan tujuan pendidikan.

Kalau saya flashback ke jaman-jaman sekolah, rata-rata pelajaran bersifat text book. Terutama ketika SD. Semua sangat terpaku kepada "apa katanya buku". Sehingga tidak aneh, ujianpun dalam bentuk tulis.

Ketika S1, yang dituntut adalah kemampuan berpikir yang lebih kritis, sehingga di tingkat inipun, ujian dalam bentuk esai lebih banyak.

Pada jenjang profesi, bukan lagi teori yang dituntut untuk dikuasai. Tetapi aplikasinya. Karena itu ujianpun dalam bentuk open book, laporan penelitian dsb.

Lalu, pada jenjang yang lebih tinggi, sehari-hari dicekoki dengan presentasi-presentasi. Ujianpun (masih) presentasi (juga) dan makalah. Karena di tingkat ini, peserta didik dituntuk untuk berpikir kritis... sedikit perbedaan dengan program profesi yang menuntuk aplikasi teori, di sini peserta didik dituntut untuk mengkritisi teori, menganalisa kelebihan ataupun kelemahan pengaplikasian teori.

Dari renungan singkat yang saya dapat ketika saya seharusnya mengerjakan 4 makalah yang harus selesai pada minggu ini, saya mendapatkan sebuah kesimpulan mengenai tujuan pendidikan. Pada pendidikan dasar sampai menengah, peserta didik hanya dituntut untuk mengenal teori. Untuk mengenal, dan menghafal teori (sehingga tidak aneh, ada siswa yang hanya ingat teori ketika ujian). Masuk ke pendidikan tinggi, siswa dituntut untuk memahami teori dan mampu menjabarkan teori dengan baik (karena itu, ujian S1 disebut skripsi... just to script..to describe), kalaupun ada tuntutan untuk mengaplikasikan teori, itu masih sangat kecil. Pada jenjang program profesi, pengaplikasian teorilah yang menjadi fokus. Sedangkan pada program magister, siswa dituntut untuk mengkritisi teori.

--diantara 6 deadline tugas--

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post

Alam

Saya adalah seorang petualang. Dengan tubuh dan kaki yang kecil ini selalu mencoba menjelajahi setiap pelosok dunia.  Keindahan a...