In

Perilaku dan Tingkat Pendidikan

Tulisan ini bermula dari sebuah kejadian di akun jejaring sosial milik saya. Ada seseorang yang meminta berkenalan dengan saya. Saya sebenarnya bukan orang yang suka asal menerima permintaan pertemanan, terutama karena akhir-akhir ini semakin banyak tindak kejahatan yang bermula dari jejaring sosial. Namun karena ia adalah teman dari seseorang yang terpercaya, maka saya menerima permintaan pertemanannya. Dari profilnya, ia adalah seseorang yang berpendidikan, tercatat sebagai tenaga pendidikan di suatu universitas, dan sedang menuntut ilmu pula di salah satu tingkat pendidikan pasca sarjana. Namun sungguh diluar dugaan, perilakunya jauh dari sosok ideal sorang pendidik yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.

Mari kita renungkan...

Ketika seseorang mengajak berkenalan, seperti apa sih, tata krama yang harus digunakan? Menurut saya, terlepas apakah ini di dunia nyata maupun dunia maya, tata krama harus tetap digunakan. Ketika seseorang mengajak berkenalan, bukankah ia yang sepatutnya memperkenalkan diri terlebih dahulu? Tapi yang terjadi tidaklah seperti itu. Si X ini *sebutlah namanya seperti itu* terus-terusan memborbardir saya dengan pertanyaan dan paksaan untuk bertemu secara langsung. Ia meminta nomer kontak saya. Ketika saya menanyakan hal sederhana seperti kegiatannya saat ini, ia menjawab dengan jawaban 'menunggu mati'. Maaf bila kata-kata saya yang berikut ini kasar, tapi, ketika berbincang dengannya melalui media chat, saya sampai sempat berfikir 'ini dia yang bahasanya terlalu tinggi ata sayanya yang guoblog ya...'


Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post

Alam

Saya adalah seorang petualang. Dengan tubuh dan kaki yang kecil ini selalu mencoba menjelajahi setiap pelosok dunia.  Keindahan a...