Hari ini, saya menerima hadiah ini dari mahasiswa-mahasiswa yang saya ajar. Oh iya..kotak pink itu berisi semacam pesan dan kesan dari mereka. Ah saya kecele. Hahahaha. Kecolongan. Padahal tadinya saya yang duluan mau nanya kesan mereka pada saya. Isi dari pesan di kotak itu ada yang kocak, ada yang serius, ada yang sekedar berpartisipasi, ada juga yang betul-betul menyampaikan sesuatu pada pesannya. Yang pasti hadiah ini berhasil membuat saya tersentuh..karena saya ga nyangka sama sekali. I had no idea. That is so sweet. Seandainya saya memang sudah dapat menyentuh mereka, maka saya sungguh sangat bersyukur. Well...I'm only a tutor. Not even close to be a good one. Yeah I know...lately I'm sucks. Even me, myself, hate it.
Tapi mengapa gaji guru Umar BakriFamiliar dengan petikan kalimat di atas? Kalimat di atas dipetik dari lagu milik Iwan Fals yang berjudul Umar Bakri Lagu itu menceritakan tentang sulitnya menjadi guru dan kecilnya gaji yang diterima. Pernahkah kalian memperhatikan dengan seksama profesi yang satu ini?
Seperti dikebiri
Oke, oke, kalau kalian belum pernah memperhatikan, biarkan saya sedikit mengulas sebuah profesi yang bernama "guru" ini.
Penampilan
Kalau berbicara penampilan, maka sebetulnya penampilan seorang dengan profesi guru sangatlah khas. Saya bisa mengenali penampilan seorang guru ketika berpapasan di jalan umum.
Seorang guru wanita hampir selalu menggunakan setelan pakaian yang senada atau bahkan dari jenis bahan dan warna yang sama. Umumnya polos dengan variasi model dan corak yang minimalis. Atasan pakaian hampir bisa dipastikan menutup bagian bokong dan cukup longgar. Masih belum yakin orang itu guru? Perhatikan sepatunya! Seorang guru tidak mungkin menggunakan sepatu high heels lancip, apalagi stilleto atau pump shoes. Sepatunya pasti hak karet yang nyaman untuk kegiatan dengan mobilitas yang tinggi. Jika bertemu di sore hari, hampir bisa dipastikan wajahnya sudah berminyak, rambutnyapun tidak rapi. Sangatlah jarang dapat menemukan seorang yang berprofesi guru yang masih rapi di sore hari.
Mengenali seorang guru pria memang tidak semudah guru wanita. Tapi secara umum, memiliki penampilan yang hampir serupa. Kemeja longgar, seringkali tidak dimasukkan ke dalam celana. Kemeja pun meski bisa saja menggunakan jenis slim fit, tapi masih saja terlalu kebesaran dibandingkan ukuran tubuhnya. Celana yang digunakan berbahan kain dan longgar. Dan ketika menggunakan atasan formal sekalipun, jarang sekali menggunakan dasi. Rambut? Jangan terlalu berharap menemukan seorang guru dengan tatanan rambut modis lengkap dengan gel.
Tanggung jawab
Tahukah anda...profesi seorang guru tidak hanya bertanggung jawab untuk mengajarkan materi, memberi peer, memberi ujian, lalu memberi nilai.
Seorang guru harus menyiapkan skenario pembelajaran selama setahun ke depan di setiap awal tahun. Skenario pembelajaran mencakup materi yang akan diajarkan, metode pengajaran, metode penilaian. Semuanya untuk setiap pertemuan selama 1 tahun ke depan, lengkap dengan alokasi waktu. Tidak hanya itu...masih sangat banyak tanggung jawab administrasi seorang guru. Setiap guru harus memiliki catatan nilai murid. Belum lagi kewajiban-kewajiban administrasi yang berhubungan dengan kepegawaian.
Selain mengajar, seorang guru pula dituntut untuk mendidik seorang anak manusia. Oke, inilah bagian terberat dari menjadi seorang guru. Dia harus jeli melihat kemampuan seorang siswa, juga harus dapat menjadi seorang motivator, juga sebagai pembimbing.
Bayaran
Setiap dari kalian, pembaca pasti setidaknya sering mendengar atau bahkan mengalami sendiri, memiliki seorang guru yang jarang masuk, dan hanya memberi tugas. Atau ada juga guru yang mencari "uang tambahan" dengan jalan menjual LKS pada siswa. Dan saya yakin kalian pasti kesal dengan guru yang seperti itu.
Pertanyaan saya, tahukah anda berapa gaji seorang guru?
Saya paling benci bila ada orang yang berbicara "Ya jadi guru yang bener aja dulu...ngajar aja yang bener...jangan pengen gaji gede tapi ngajar bolos-bolos" atau "Guru kok matre...ngajar jangan nuntut gaji besar...kalo ngajarnya bener nanti juga ngaji ngikutin"
Sekali lagi saya tanya. Tahukah anda berapa gaji seorang guru?
Baiklah, kita mulai dengan 2 pembagian besar. Swasta dan negri. Seorang guru swasta, hampir sama dengan bayaran seorang dosen. Perjam dia dibayar antara 30-50 ribu rupiah sesuai dengan kebijakan sekolah yang berhubungan dengan bonafiditas sekolah tersebut. Dengan demikian, maka semakin banyak dia mengajar, semakin besar bayarannya. Tapi...memangnya dalam seminggu pelajaran yang sama mau ada berapa jam, sih? Lagipula di satu sekolah satu mata pelajaran kan tidak hanya memiliki seorang guru saja.
Lalu sekarang kita masuk ke guru negri. Guru di sekolah negri terbagi 2 pula. PNS dan honorer. Secara umum, gaji seorang pns sangat bergantung pada golongannya. Lalu bagaimana dengan si honorer? Mari saya terangkan bagaimana nasib bayaran guru honor ini. Sama dengan guru swasta, guru honor dibayar antara 30-50 ribu rupiah perjamnya. Bedanya... jika dalam seminggu dia mengajar 10 jam, dan perjam dia dibayar 50 ribu. Maka... 50x10 = 500 ribu. Dan 500 ribu lah gaji yang ia terima dalam sebulan! Tidak dikalikan 4.
Silahkan anda bayangkan seorang guru yang harus mengajar sebanyak 10 jam dalam seminggu dan hanya dibayar 500 ribu perbulan. Karena itu tidaklah aneh bila terdapat istilah "guru terbang" di sekolah-sekolah. Yang dimaksud dengan guru terbang ini adalah guru yang mengajar sekaligus di beberapa tempat. Demi apa lagi kalau bukan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Saya ingin bertanya...maukah anda bekerja 10 jam perminggu, memikul tanggung jawab yang besar dan dibayar hanya 500 ribu perbulan? 500 ribu mungkin bahkan tidak cukup untuk membayar ongkos perjalanan ke sekolah tempat mengajar. Oh iya...di "dunia" guru honor, bayaran 50 ribu perjam itu termasuk sangat besar. Karena bahkan ada yang dibayar perjam 15-20 ribu.
Profesi guru di mata masyarakat.
Untungnya (ah orang Indonesia dasar..masih aja ada untungnya) di Indonesia profesi guru masih dianggap sebuah profesi yang terhormat. Walau sudah banyak oknum, tapi secara umum profesi guru masih dihormati di Indonesia ini.
Entah kapan guru di Indonesia ini dapat sejahtera. Saya secara pribadi pernah menjadi guru honor selama 2,5 tahun. Saya sangat menyukai mengajar. Tapi saya sangat benci jumlah bayaran yang saya terima. Sejujurnya saya tidak bisa membayangkan bagaimana sebuah keluarga akan dapat hidup sejahtera dengan gaji yang minim seperti itu. Sehingga sangat wajar bila seorang guru (terutama honor) justru lebih mengejar materi, dan tidak mengajar dengan baik. Karena susu dan spp sekolah tidak bisa dibayar dengan senyum. Seandainya bayaran guru di Indonesia ini cukup untuk setidaknya hidup layak, saya yakin akan ada banyak guru baik di Indonesia ini.
Ga kerasa... sekarang udah bulan Februari. Pertengahan pula. Laluuuu... apa aja sih yang terjadi di hidup Tiara? Hehehe. Berasa artis ga sih...pake update segala.
Oke... pertama... sejak Oktober tahun lalu... saya akhirnya memutuskan apply sebuah pekerjaan paruh waktu. Yaitu sebagai....jengjreeeng... asisten pengajar native speaker di sebuah kampus teknik nomer satu di Indonesia (you know lah kampus mana yang saya maksud ya... ga usah sebut merk).
Saya sangat suka mengajar. Bulan pertama... agak repot tapi semangat masih sangat tinggi. Bulan kedua..mulai terbiasa. Sekarang bulan ke-4... dan saya jenuh! Hahaha
Mengajar mahasiswa teknik nomer 1 di Indonesia ini butuh banyak energi..dan juga kecerdasan, tentunya. Lha piye...mereka diajari bahasa...malah tanya rumus. *tepok jidat*. Mereka juga lebih kreatif dalam mengembangkan pola kalimat. Tapi... baik mengajar anak SMA maupun mahasiswa memiliki 1 kesamaan: saya harus memperbaiki bahasa Indonesia mereka terlebih dahulu sebelum mereka mampu memahami bahasa asing. *fiuh*
Ada beberapa perbedaan yang saya rasakan antara mengajar siswa SMA dengan mahasiswa
1. Materi di SMA lebih mudah
2. Pemikiran siswa SMA tidak sekompleks pemikiran mahasiswa.
3. Siswa SMA lebih mudah diajak bermain, sehingga suasana kelas dapat lebih dinamis dan menyenangkan.
1. Materi di SMA lebih mudah
2. Pemikiran siswa SMA tidak sekompleks pemikiran mahasiswa.
3. Siswa SMA lebih mudah diajak bermain, sehingga suasana kelas dapat lebih dinamis dan menyenangkan.
Kalau ditanya lebih menyenangkan mana... keduanya sangat menyenangkan. Tapi hal menyebalkan mengajar di tingkat perguruan tinggi adalah...terkadang saya harus ceramah satu pihak, mahasiswa pun cenderung sulit diajak bermain games karena merasa malu, dan terkadang ketika bertanya mereka menanyakan sesuatu yang sangat diluar dugaan.
Saya sangat bersyukur dengan kesempatan yang saya peroleh ini. Di kampus ini saya bertemu banyak manusia hebat. Banyak mahasiswa berprestasi diantara mahasiswa yang saya ajar.
Usia saya yang tidak terpaut terlalu jauh membuat mereka lebih mudah akrab dengan saya. Sayangnya karena jam kuliah yang singkat, saya tidak terlalu mengenal mereka lebih jauh seperti saya mengenal siswa saya ketika mengajar di SMA dulu. Saya sangat berharap dapat mengenal mereka dengan lebih baik.
Saya sangat mencintai dunia pendidikan. Yang sangat saya sayangkan...di negara tercinta saya Indonesia ini apresiasi terhadap pendidik (baca: gaji) masih sangat jauh di bawah tanggung jawab yang diembannya.
Oh iya...saya jadi teringat cita-cita sekilas saya. Menjadi guru TK. Saya pernah mengajar di SMU, kemudian sekarang di perguruan tinggi. Apakah saya masih ingin mengajar di TK? Sejujurnya... kalau saja ada kesempatan... saya ingin mencoba mengajar di tiap jenjang pendidikan.
Saya masih memiliki banyak impian untuk diwujudkan. Mudah-mudahan Tuhan bersama saya dan rencana saya. Aamiin
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Cari Blog Ini
Diberdayakan oleh Blogger.
Featured Post
Alam
Saya adalah seorang petualang. Dengan tubuh dan kaki yang kecil ini selalu mencoba menjelajahi setiap pelosok dunia. Keindahan a...