In Personal Taksi Gemah Ripah

Gemah Ripah (ternyata) Brengsek juga... (curhat soal taksi di kota Bandung)

Saya (sebelumnya) adalah pelanggan setia taksi Gemah Ripah. Alasannya sederhana saja...sopir taksinya ramah dan selalu menggunakan argo. Tapi semua kesan baik itu buyar akibat kejadian malam ini. Malam ini (03/02/13), saya mencegat taksi GR di seberang Gramedia jl. Merdeka Bandung dengan tujuan ke jl. M. Toha. Karena hujan cukup deras, sulit untuk mendapatkan taksi GR yang kosong (taksi ini lumayan menjadi favorit orang Bandung), sehingga saya harus menghentikan taksi di tengah jalan raya, dan langsung naik.

Ketika saya naik dan menyebutkan tujuan, sang supir bilang bahwa jalan kembar banjir. Saya merespon dengan menjawab "Terus kira-kira harus lewat mana ya pak?" Entah supirnya budek, entah gebleg, dia sama sekali tidak menjawab dan terus melaju melalui jalur yang biasanya sambil sedikit ugal-ugalan. Karena dia tidak menjawab, saya pikir semua akan berjalan baik-baik saja, entah jalan itu masih bisa dilalui (dan si sopir gebleg ini cuma menginformasikan banjir di jl. kembar) atau dia akan mengambil jalur lain menuju daerah tujuan saya.

Tapi ternyata diluar dugaan saya, di jl.M. Toha, depan PT.INTI, beberapa meter saja dari jalan yang tergenang banjir, sopir ini menepikan taksinya, sambil sedikit ngomel (saya mendengar jelas kata-kata "dableg" yang keluar dari mulut dia). Tentu saja saya kaget. Belum selesai kekagetan saya, saya diminta untuk mencari angkutan lain saja menuju daerah tujuan saya! Saya berusaha memberi opsi jalur alternatif, tapi dia bersikeras untuk saya mencari angkutan lain.

Marah, kesal? Tentu saja! Kalau memang dia gak mampu lewat jalan itu, kenapa dia memaksakan diri untuk "menarik" saya? Kenapa dia tidak menurunkan saya saja dari awal? Atau kenapa dia tidak berusaha mencari jalur alternatif ke daerah tujuan saya? Dia bahkan tidak bertanya atau mendiskusikan jalur yang akan diambil. Saya seumur hidup tinggal di Bandung, tentu saja saya tahu jalur menuju rumah saya yang tidak terkena banjir (dan saya juga gak keberatan kalau memang harus membayar sedikit lebih mahal dari biasanya karena harus mengambil jalan berputar). Dan yang sangat membuat saya gusar adalah, dia menyuruh saya, seorang perempuan yang seorang diri untuk turun di pinggir jalan pada jam setengah sepuluh malam! Laki-laki ga punya otak itu namanya! (padahal dia pasti juga tahu, jam segitu jalan itu sudah sepi dan jarang kendaraan umum yang lewat, apalagi di depannya banjir).

Saya marah, tapi cukup kuat untuk menahan emosi. Saya berusaha melihat kartu identitas yang biasanya terpampang di dashboard. Ternyata tidak ada! Akhirnya saya mengeluarkan uang sejumlah Rp. 17.000,- sesuai yang tertera di argo, lalu saya turun sambil tidak lupa memotret nomor polisi dan nomor taksi tersebut.

Akhirnya sayapun menaiki angkot yang entah bagaimana, masih memiliki keberanian untuk menembus banjir (kendaraan rakyat jelata lebih ramah penumpang ternyata).

Sekarang, kenapa tulisan ini ada di blog saya? Jawabannya sederhana, karena saya tidak menemukan nomor kontak, atau alamat kontak untuk menyampaikan secara langsung keluhan saya ini. Nomor hp dan twitter GR udah basi banget. Kenapa saya tidak menyampaikan keluhan ini melalui media cetak (misalnya koran)? Karena...saat ini saya masih sangat kesal (sehingga mungkin dapat dilihat mungkin ada beberapa kata kasar yang digunakan pada tulisan ini) sehingga saya rasa tulisan ini akan terlalu kasar untuk dikirim ke media cetak.

Kesimpulan pribadi yang saya ambil dari kejadian ini: I think I need to have an off road car. (cape ah, ngarep angkutan umum diperbaiki, atau ngarep drainase kota Bandung diperbaiki).

Oh iya, btw, nomer polisi taksi sialan ini: D 1466 FF dan nomer taksinya 318 B.  Saya ada foto taksi ini, tapi sekarang terlalu lelah untuk me-resize dan menguploadnya ke sini. Dan ciri-ciri sopirnya, bertubuh agak gempal, dan berkaca mata (sorry, doesn't help much). Saya naik dari jl. Merdeka sekitar jam 9 malam, dan diturunkan di m.toha sekitar jam 09.38 (menurut properties foto di kamera saya).

Oh iya (lagi) kejadian ini sebenar-benarnya kejadian. Dan saya tidak ada maksud menodai nama baiklah or sebagainya. Kalau ada pihak GR yang baca, ya syukur Alhamdulillah..

Related Articles

3 komentar:

  1. Kalo saya selalu bermasalah sama operatornya. Ga ada yg becus mba. Pelayanan mereka memang sangat kurang. Ini aja pesen taksi itu, diminta datang jam brp. Datang lebih cepat. Logika nya, dia harua nunggu sampe wkt yg diminta kan? Malah banyak alasan untuk pergi (padahal belum waktunya, krn msh ada yang harus diberesin dulu, dan untungnya ujung2 nya mau nunggu juga). Ga semua supir sih yang seperti itu. Ada beberapa yang baik dan ramah msh mau nanya dan berusaha untuk ttp anter sampe tujuan. Tp hanya krn beberapa oknum sampe nama tersebut kesannya semua jelek kan? Saya sempet komplen dan sampe saya bilang mau bicara ama supervisor atau atasannya. Belum sempet ngomong bahkn saya belum selesai ngomong, telp saya ditutup. Memang kurang ajar banget.

    BalasHapus
  2. Gr gak bres. Sy jg kapok. Di mbik krjaan ngalor ngdul mulu. Kualitas tgktkan dunx GR. Supir taxi,tp krjaan ngoceh mulu. Mending brmutu. Ngmgin perang ama blue bird mulu. Ngaca dunx.

    BalasHapus
  3. Gemah ripah supirnya 90% brengsekkkkkkkkk!!!!! Ga pake otak kalo nyetir,,, cipaganti dan blue bird paling mending. Udah boikot ajah tuh GR biar bangkrut!!!! Call centre dan layanan pengaduan kaya kentut!!!!!!!!

    BalasHapus

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post

Alam

Saya adalah seorang petualang. Dengan tubuh dan kaki yang kecil ini selalu mencoba menjelajahi setiap pelosok dunia.  Keindahan a...