Mungkin ada yang penasaran...gimana sih rasanya tinggal di Jepang? Anehnya...saya merasa biasa aja tuh. Sama aja sama pas saya tinggal di Jakarta ataupun di Jatinangor.
Sama-sama tinggal di tempat asing. Sama-sama tinggal di sebuah kamar kost, walau di sini lebih kerenan dikit, namanya apartemen, gitu. Hehehe. Apartemen dengan segala fasilitasnya. Bahkan siklus hidup pun serupa. Sama-sama belanja ke tempat yang sama melulu, ga banyak mengeksplor daerah.
Bedanya... di sini ga bisa bebas jajan, karena makanan halal itu langka. Nah nah...tapi itu yang jadi masalah! Karena ga bisa sembarang jajan, walhasil cemilannya makanan berat! Gimana bisa kurus kalau gitu, coba! Di sini makanan praktis sih banyak. Di mini market bertaburan makanan siap santap. Mulai dari roti, sandwich, onigiri, bento, spagetthi, sampai oden. Tapiiii yang halalnya sedikit sekali.
Bedanya lagi...di sini harus pinter-pinter liat waktu solat. Karena ga ada mesjid, otomatis harus solat di apato. Sejujurnya saya masih belum kebayang deh gimana ngatur solat kalau nanti baito.
Apakah yang akan terjadi ketika seorang perempuan tropis bertemu musim semi? Judul ini ga terlalu heboh-heboh amat ya. Coba kalau sekalian ketemu musim salju gitu...mungkin lebih cetar. Hehehe.
Jangan salah loh, walau udah masuk musim semi, di sini suhu masih sekitar 6 derajat celcius sampai 13 derajat. Belum lagi, selama hampir 2 minggu saya di sini...hampir tiap hari hujan dan angin besar. Saya baru ketemu sinar matahari kira-kira 3 hari deh. Itupun...mataharinya kw 1 *ups* alias terang doang tapi gak pake panas.
Jadi...apa yang terjadi dengan diri saya? Alhamdulillah saya ga sakit. Eh pernah kambuh maag nya sekali sih (saya kalau kambuh maag pake mual dan muntah-muntah), saya pikir masuk angin, eh kok masih aja mual, setelah minum promag (bukan iklan) langsung reda mualnya. Halah. Oke, kita lanjutkan ceritanya ya. Syukurnya saya ga masuk angin ataupun hipotermi. Tapi di minggu kedua...kulit wajah mengelupas, dan kepala seperti muncul ketombe (tapi saya rasa lebih ke kulit kepalanya sih). Dari orang yang udah lama di sini saya tau kalau itu terjadi karena kulitnya kaget, dari panas ke dingin. Tapi kok baru seminggu kemudian ya...entahlah.
Walhasil saya jadi lebih sering peeling, maskeran dan pakai pelembab. Padahal dulu di Bandung ga sebulan sekali kalo peeling. Alias seingetnya aja. Kulit wajah sih jadi mendingan. Tapi urusan kepala nih yang belum terpecahkan. Tapi syukurnya saya pakai kerudung, jadi ga mengganggu penampilan. Hehehe.
Greetings from Japan
Ini adalah hal unik lainnya yang saya temukan di Jepang. Di sini berkirim kartu pos merupakan hal yang sangat umum. Ga kayak waktu saya di Bandung, nemu kartu pos di sini...ya gampang. Malah di toko buku ada yang jual album kartu pos juga.
Kotak pos bisa ditemukan di banyak tempat. Oh iya...di sini kita juga harus mendaftarkan alamat kita ke kantor pos. Caranya tinggal isi data di kartu yang tersedia, terus masukin deh ke kotak pos. Kalau pindah alamat, kita juga harus 'laporan' lagi, biar surat kita diantar ke alamat baru. Betul-betul rapi ya administrasi negara ini. Huhuhuuu kapan ya pos Indonesia bisa seperti ini.
Ini hari ke-10 menjejakkan kaki di negeri sakura ini. Di hari ke-3 badan masih jet leg. Makan ga teratur. Belum berani jalan-jalan sendiri karena jalan ke apato aja belum hafal. Hehehe. Belum lagi hujan melulu. Dingiiiiin. Gimana ga dingin..suhunya bisa sampe 6 derajat celsius. Tapi sejak hari ke-4 udah mulai berani jalan sendiri.
Ah jadi oot deh. Ok, sedikit cerita yang mau saya bagikan saat ini adalah...hal yang sepertinya harus dibiasakan di sini oleh orang Indonesia:
1. Cebok pake tissue. Ini rasanya betul-betul sesuatu. Karena sebagai orang Indonesia rasanya ga bisa ga ketemu air tuh.
2. Hemat. Jepang ini keliatan banget sangat sangat hemat energi. Kenapa? Karena kalau ga dihemat, bayarnya mahal. Hehehe. Di sini ga ada deh istilahnya kembalian disumbangkan. Kembalian 1 yen pun akan dikembalikan.
3. Self service. Di supermarket kita ga akan dikasi kresek, kecuali kalau kita minta (di beberapa tempat malah plastiknya harus bayar 5 yen selembar). Kita juga harus bungkus daging dengan plastik sendiri. Pertama kali belanja agak bingung juga. Tapi untungnya belanja pas rame, jadi tinggal ngikutin aja. Hehehe.
4. Minum air keran. Tapi konon katanya ada juga orang-orang yang ga kuat minum air keran. Gusinya jadi berdarah. Btw, kebetulan di apato saya rent udah termasuk air dan gas. Jadi kalau mau air panas tinggal puter keran, beres. Ga perlu mendidihkan air dulu lagi.
5. Nyebrang di penyebrangan jalan pas lampu hijau atau nyebrang di jembatan penyebrangan.
6. Makanan yang cenderung hambar. Selain itu sebagai muslim, agak susah juga kalau mau makan di luar. Cari cemilan susah. Keju aja ga bisa sembarang makan, kecuali parmesan.
7. Perbedaan harga. Sekedar saran...kalau belanja, tutup mata aja deh. Jangan segala di-kurskan ke rupiah. Nanti pusing sendiri. Tapi walau begitu, ada juga loh barang-barang yang justru lebih murah di sini daripada di Indonesia.
8. Buang sampah di tempatnya, dan memilah sampah serta hari pembuangan sampah. Syukurnya sih apato saya punya gedung sendiri. Jadi aman mau buang kapan aja juga. Hehehe.
9. Pake lipbalm, moisturizer dan hand body! Pasti bingung kan...kenapa kok dimasukin ke hal yang harus disesuaikan. Lip balm, pemembab dan hand body kan biasa, Tiara. Itu mungkin yang kalian pikirkan. Ini jadi ga biasa soalnya...yang harus pake itu...ga cuma perempuan! Tapi laki-laki juga. Saat ini udah masuk musim semi. Tapi buat orang tropis, rasanya masih sangat dingin, apalagi untuk orang daerah panas macam Jakarta. Karena biasa di tempat panas, kulitpun langsung kering ring ring. Cucian aja kalah kering deh. Akhirnya cowo-cowo Indonesia di sini terpaksa menyingkirkan ego kelelakian mereka saat harus mengoles lipbalm ke bibir mereka dan mengoles pelembab ke wajah mereka. Hahaha.
10. Pakai sepatu khusus dalam ruangan. Di sini, sepatu/sendal yang dipakai di luar rumah tidak dipakai di dalam ruangan. Jadi kalau masuk, ya ganti sepatu.
11. Lebih menghargai uang. Di sini uang kertas cling cling kayak baru dari bank. Mereka melipat paling sekali doang. Ga sampai berlipat-lipat seperti di Indonesia. Selain itu, di sini lebih banyak pake uang koin. Mereka juga betul-betul menghargai uang.
Greetings from Japan
Cari Blog Ini
Featured Post
Alam
Saya adalah seorang petualang. Dengan tubuh dan kaki yang kecil ini selalu mencoba menjelajahi setiap pelosok dunia. Keindahan a...