Well yaaah...this is a quick review of my recent life.
Sidang dan prosesnya
22 Juli kemarin, bertepatan dengan pengumuman hasil pemilu oleh KPU dan juga ulang tahun Aham Sharma *penting banget nih buat disebut* akhirnya saya sidang juga, dan resmi dapat gelar M.Hum. Fiuh. Akhirnya bertahun-tahun ini kelar juga. Ssst, pengakuan dosa, tesis saya kerjakan hanya selama 2 minggu. Sejak 2 Juli sampai 16 Juli. Kurang tidur? Oh tentu saja. Ga maksimal? pastinya. Alhamdulillah, dosen pembimbing dan dosen penguji sangat baik hati sekali. Lumayan dapat nilai B. Padahal saya udah nyangka ga lulus atau lulus bersyarat. 先生、本当にありがとうございます。Terharu pas denger yudisium kalau saya lulus dengan nilai B. Padahal oleh salah satu penguji saya sempat dibantai habis-habisan dan dibilang bahwa analisis saya salah.
Sebelumnya, saya sangat pesimis dapat lulus. Dalam waktu yang begitu singkat pula. Karena itu tesisnya lama terkatung-katung. Sampai pada akhirnya di sebuah momen,yang kalau kata Oprah Winfrey is an "Aha moment"...muncul pemikiran I'm just gonna do it. Even if I have to die, I'll die trying *kambuh lebaynya*. Udah ga mikirin hasilnya sempurna atau ngga, udah ga mikirin selesai apa ngga, just working on it.
Saya sangat terharu sebetulnya dengan dukungan orang-orang di sekitar saya. Selain ibu tentunya. Udah ga perlu disebutin lagi ya kalau ibu mah. Tapi sepertinya semua orang membantu saya. Sebagai mahasiswi buron, saya sangat takut menemui dosbing. Karena itu saya sebelumnya mengirim email terlebih dahulu. Selain meminta maaf, juga menerangkan alasan saya menjadi seorang mahasiswi buron. Diluar dugaan, saat saya menemui mereka, mereka sangat welcome. Bahkan memberi dukungan moril mengenai masalah pribadi yang sedang saya hadapi.
Begitu datang ke pihak akademik, saya juga merasakan dukungan itu. Disambut bak anak hilang dan dibantu soal pendaftaran sidang. "Pokoknya kamu daftar aja dulu, nanti tanggalnya saya yang atur" terharu ga sih?. Belum lagi temen-temen. Ada Bu Novi yang ga abis-abis ngasi semangat sejak dahulu kala dan pernah bilang juga mimpiin saya sidang, dan juga bantuin soal syarat jurnal, ada Ira yang mungkin kadang bosen dengerin saya ngoceh sana sini, Yudha yang nemenin chat sampai pagi *emang kalong aja sih dia mah sebenernya..hihi*, Oom Antoni yang sampai saya pinjem otaknya buat mikirin sms apa yang harus dikirim ke dosbing, langkah yang harus saya lakukan, sampai nemenin dengerin ocehan saya, grup WA kaskus pocketography yang harus bersabar dengan ocehan random saya yang ga kenal waktu, Endah yang dengan ancaman akhirnya "terpaksa" bantuin pas hari H, Nurma teman SD saya yang juga mendukung saya secara moril, Rika teman farmasi saya yang rajin menyapa ketika saya keliatan ga ada kabar *baca: ga update status bbm*, sampai Nuril yang mendadak jadi penata gaya saya buat kostum sidang. Eits.... wait a minute..kok berasa nulis ucapan terima kasih ya? Hehehe. Tapi ya begitulah. Bantuan dan dukungan terasa sangat berharga ketika ada saat kita butuhkan, rite? So, thank you. To all of you. May God always bless you all.
Bisa lulus...feels like a miracle to me. Lalu apakah saya bangga sudah menyandang gelar M.Hum? Nope. I'm just relieved, that I finally get through it. Not really great, dengan yudisium memuaskan dan ipk ampir jongkok. Tapi berkaca dari apa yang telah saya lalui... 卒業した、よかったなあ。Ah iya, masih ada revisi dan jurnal. Hahaha. So my work isn't totally finished. Belum lagi, setelah ini...masuk masa galau...hahaha. Mau kerja apaaaa? Hayoh, fresh graduate on my age. Hidup manusia ya...ga beres-beres. Hihi.
Oh iya, ada beberapa momen yang menarik untuk diingat. Pertama, mengejar dosbing 1 saya yang super baik namun super sibuk.
11 Juli. Saya berusaha mengejar dosbing yang sedang nyidang mahasiswa s3. Guess what? Saya salah gedung. Udah naek sampai lantai 4 melalui tangga, ternyata salah gedung. Turun lagi dong. Setelah tiba di gedung yang benar dan naik sampai lantai 3 (lewat tangga juga) ternyata...udah masuk jam istirahat. Turun lagi dong. Naik lagi begitu menjelang selesai jam istirahat, dan dosbingnya bilang, nanti aja jam 3. Turun lagiiii... pindah gedung ke perpustakaan untuk bikin surat bebas pinjam, dengan salah lantai dulu. Harusnya ke lantai 2 dulu, tapi saya ke lantai 3. Bulak balik dong tentunya. Setelah selesai, kembali ke gedung tempat sidang. Daaaan semua naik turun itu melalui tangga. *tapi saya ga kurusan, cuma ampir semaput aja..hohoho*
15 Juli. Masih dalam rangka mengejar dosbing saya nan ganteng *iya dong,kan laki-laki* saya standby dari kampus masih kosong. Mobilnya datang, tapi si bapak ga turun-turun dari mobil. Saya yang nunggu sambil duduk dan bbm an di depan ruang kantor jurusan langsung lari ngejar si bapak begitu si bapak ujug-ujug keluar mobil dan jalan ke arah fakultas... dadah hp, tas, jaket. Lupa sama semua itu. Saya cuma bawa draft tesis. Jeng jreeng...si bapak ngajak ngobrol di ruangannya aja, lantai 3 gedung sebelah. Sambil jalan saya udah menyiapkan mental kalau harus kehilangan hp yang saya geletakkan begitu saja. Alhamdulillah, 10 menit kemudian saya kembali, semua masih pada tempatnya.
16 Juli. Draft masuk ke tempat jilid. Malamnya, saya baru sadar ada daftar pustaka yang terlewat. Adaaaa aja yah. heuheu.
17 Juli. Pagi-pagi minta tukang fotokopian benerin isi yang salah, which mean, harus dibongkar. Setelah menyerahkan bagian yang perlu diganti, cabut ke kampus bu Novi untuk menyerahkan jurnal, jam 12an balik lagi ke tempat fotokopi terus ke kampus buat ambil surat undangan sekalian membagikan draft ke beberapa dosen yang masih ada di kampus. Teruuusss... nyempetin ke Jatos dulu benerin sim card yang rusak, terus ke rumah 2 orang dosen penguji (dengan cari alamatnya dulu tentunya) untuk menyerahkan draft, terus ke JNE untuk kirim paket. Fiuh. Cape? iya dong, kurang tidur plus puasa pula. Rute hari itu: m.toha-jatinangor-pasteur-jatinangor-jatinangor (kampus) - ujung berung-antapani-otista-m.toha. Lebih dari 130 km! Iya...130 km...gak salah kok...soalnya saya barusan googling di google maps..hehehe. Harusnya saya udah boleh ga puasa tuh..kan musafir...lebih dari 80 km..hehehe.
18 Juli. Pagi-pagi ke kampus nyerahin draft ke penguji yang lain, terus ceritanya mau cari kerudung buat kostum sidang. Cabutlah ke Pasar baru... yang penuhnya minta ampun sampai akhirnya saya dadah-dadah ke kamera...menyerah... Untungnya sorenya saya janjian sama seorang teman asal bekasi yang kebetulan lagi training di Bandung. Walhasil saya dapat pengarah gaya gratis. Thank you dear... :*
19 Juli. Buka bersama teman seangkatan s1. Rasanya....hmmm...agak rumit. Mereka berubah tapi tidak berubah. Nah bingung kan? Ada yang hampir lebih dari 5 tahun tidak bertemu. Ada yang bawa bayi, sampai bawa bocah yang udah bisa lari kesana kemari. Gara-gara pulang malem plus kehujanan hari itu, walhasil saya terserang flu. Mungkin juga karena sejak awal bulan puasa saya udah kurang tidur plus beberapa hari belakangan itu sibuk kesana kemari.
21 Juli. Makin deket hari H itu rasanya semakin...gimana yah... tak terlukiskan oleh kata-kata *ah bilang aja udah lupa..hehehe*. Kebetulan hari itu tante saya ujian promosi doktor. Awalnya saya mau hadir... tapi setelah di lokasi, perasaan semakin ga tenang, akhirnya saya pergi deh..nyalon...hohoho...
22 Juli. Sidang. Sebagai orang yang pertama diuji di hari itu. Oh iya, untuk yang belum tau, di kampus saya, sidang pasca dilakukan secara terbuka...artinya siapa saja boleh nonton. Apa saya grogi? Ngga. Deg-degan? iyalah, kalo ngga deg-degan mati dong *garing*. Saya udah pasrah sebetulnya. Apapun yang akan terjadi ya terjadilah. Alhamdulillah, dosen-dosen penguji saya sangat berbaik hati. Mereka bukan lembek loh... saya tetap dibantai dengan pertanyaan yang tidak terfikirkan oleh saya. Pertanyaan yang sebetulnya saya sendiri tidak tau jawabannya. Kalau udah gitu... jurus ngeles deh dikeluarkan. Seperlunya tentunya. Karena ada salah satu penguji yang paling ga suka kalau mahasiswa ngeles. Saya sudah mengira bahwa saya punya 2 kemungkinan: tidak lulus atau lulus bersyarat. Oh iya! Di program pascasarjana mahasiswa bisa tidak lulus ujian dan harus mengulang. Alhamdulillah saya ternyata saya diluluskan dan 'hanya' disuruh untuk merevisi kekurangan-kekurangan dan kesalahan yang ada pada tesis saya.
Untuk yang ingin tau, proses sidang di kampus saya adalah: pertama-tama sidang dibuka oleh ketua sidang...biasanya oleh dekan atau pejabat kampus. Lalu peserta sidang dipersilahkan mempresentasikan hasil penelitiannya selama 10 menit. Baru setelah itu dilakukan sesi pertanyaan oleh penguji (dan dijawab oleh peserta ujian tentunya). Kemudian pembimbing diberikan kesempatan untuk memberikan pembelaan terhadap peserta ujian. Setelah itu, peserta maupun penonton dipersilahkan keluar ruangan sementara penguji merumuskan hasil. Seandainya hasilnya buruk, maka yudisium dilakukan secara tertutup. Yang dimaksud dengan tertutup adalah ketika yudisium dilakukan tidak ada penonton yang diijinkan masuk. Ini kurang lebih menjadi indikator bagi saya, karena jika peserta ujian dipanggil kembali untuk memasuki ruangan dan penonton tidak dilarang masuk, artinya mahasiswa tersebut lulus.
Suasana sidang |
Dalam sidang saya sendiri hanya dihadiri 2 penonton. Yaitu kedua teman dekat saya, bu Novi dan Endah. Kenapa begitu? Pertama, sidang pertama memang biasanya minim penonton karena dimulai paling pagi. Kedua, saya tidak memberi tahu teman-teman yang lain maupun saudara-saudara saya. Ketiga, saya memang melarang mama untuk hadir...walaupun beberapa kali mama bilang pengen hadir di sidang saya.
Alhamdulillah, ketika saya dipanggil masuk, penonton tidak dilarang masuk. Ketika yudisium saya sampai speechless. Sampai ketika ketua sidang mempersilahkan untuk peserta mengucapkan sepatah dua patah kata, saya malah bingung sendiri. Sampai-sampai salah satu penguji yang saya hormati menceletuk "yaah, bilang makasih-makasih mah" Saya memang tidak mempersiapkan sama sekali untuk ucapan terimakasih. Ingat bahwa dalam sidang peserta diberi kesempatan untuk mengucapkan sepatah-dua patah kata setelah yudisium aja ngga.
Akhirnya... All I can say is...
I faced it all and I stood tall;
And did it my way.
To think I did all that;
And may I say - not in a shy way,
"Oh no, oh no not me,
I did it my way".
Semoga cerita pengalaman saya ini dapat menjadi motivasi bagi teman-teman maupun adik-adik yang sedang dikejar-kejar tugas akhir ya.. Walaupun sulit, betapa pesimispun kita, pada akhirnya semua akan berlalu. Kita hanya perlu berusaha. Terus berusaha walau ketika dalam keadaan sulit, kita cenderung menjadi pesimis. Berusaha dan kemudian gagal adalah lebih baik daripada tidak berusaha sama sekali karena udah pesimis duluan. Seengganya, ketika kita berusaha, maka ada peluang keberhasilan yang tercipta. じゃ、頑張ってくださいね。
N.B: Oh iya... saya sidang sambil flu berat plus puasa. Pulang sidang berhasil tumbang di atas kasur sampai lebaran deh. Hehehe. Gak bagus buat ditiru yah...don't try this at home. :D
0 komentar:
Posting Komentar