In Incheon Korea Seoul

Bolang geje goes solo trip to Korea: gembel Incheon

Dari judulnya sih ga menarik amat ya. Hihihi. Jadi ceritanya saya sebelum pulang ke tanah air memutuskan untuk nyimpang sebentar ke Korea. Mumpung deket sama Jepang, tiketnya terhitung murah, ga perlu apply visa (seengganya itu yang saya pikir saat nekat beli tiket..hihi). Kapan lagi kalau ga sekarang?

Saya memutuskan untuk bertualang selama 3 hari 2 malam di Seoul. Ga muluk-muluk. Seoul aja. Malah mungkin hanya sekitar penginapan di Dongdaemun, karena saya tau saya puter-puter di harajuku aja ga cukup sehari. Hihi.

Jadi planning awalnya hari pertama saya mau ikut free transit trip dari Incheon. Karena saya tiba setengah 5 pagi dan baru bisa check in di hostel mulai jam 3 sore. Jadi plan awal saya adalah: hari pertama sampai di Incheon subuh, shalat subuh terus tidur (karena flight jam 2 dan landing jam 4.10) terus ikut free trip yang tersedia dari Incheon selama 5 jam, lalu check in ke penginapan. Setelah itu bisalah entah ke bukchon village atau kemanapun yang saya mood untuk mengeksplor dan hunting foto di daerah itu (maklum, moody traveller).

Hari kedua saya berencana menghabiskan hari dengan berjalan-jalan di Dongdaemun (karena penginapan saya di situ dan memang daerah itu pusat perbelanjaan juga). Ga perlu ongkos tinggal modal wifi buat get lost in Dongdaemun. Kalau bosen di Dongdaemun? Ya biasa...diaturable.
Hari ketiga pagi saya akan terus check out dan kembali ke bandara untuk mengeksplor bandara yang terkenal ini.

Rencana yang sempurna dan irit ala backpacker kan? (Walau saya mau geret koper 100 liter plus keril 35 liter). Saya memang ga niat belanja. Dan bukan untuk napak tilas boyband juga (udah lama pensiun dari dunia perkoreaan..hahaha). Tapi yang saya cari adalah pengalaman. Mengeksplor daerah dan menemukan budaya setempat. Walau saya ga bisa bahasa Korea. Hahaha.
Tapi mungkin karena pengalaman yang saya cari, maka pengalaman juga yang saya dapat. Hohoho. Makanya be careful of what you wish for deh. Hihi.

Flight saya tepat waktu, tapi saya baru bisa tidur mungkin sejam atau malah setengah jam sebelum landing (karena memang dasarnya saya bukan pelor yang bisa langsung lep tidur, tapi harus usek-usek macam kucing dulu untuk cari posisi yang enak). Ya emang sih, flight nya juga cuma 2 jam kan. Hihi.

Sampe ke bandara, saya dikasi pengalaman yang seru sama ahjussi ahjussi di imigrasi (bisa dibaca di sini). Setelah lolos imigrasi, koper 100 liter saya udah nangkring manis dan keliatan dari lantai atas (yaiyaa 100 liter gitu loh). Begitu keluar... karena khilaf dengan pesona oppa ganteng nan gagah yang siap sedia berdiri di balik counter currency exchange, saya berhasil menukar 7000 yen plus 500ribu rupiah ke won. Waduh. Padahal saya tau kalau nuker uang dengan rate di bandara pasti rugiii.

Saya lalu keluar, dan mencari wc terdekat. Jam menunjukkan pukul 6 saat saya shalat subuh di wc untuk penderita disable (udah ga ada waktu lagi untuk cari space di bandara yang segede gaban gini).
Selesai shalat saya lalu membuat tulisan mengenai pengalaman saya di imigrasi tadi. Karena memang kondisinya mendukung banget untuk update blog sambil sarapan dengan kopi botolan plus roti tawar yang saya bawa dari Kofu. Hihi. Di Incheon ini, banyak tersedia colokan. Lengkap dengan wifi yang wusss wusss. Tanpa harus log in ini itu. Kalah deh Haneda. Di Haneda charge station aja harus rebutan. Wifi? Ada sih, tapi entah kenapa saya selalu dapat yang lola, saking lolanya buka google aja ga bisa. Di Incheon? Download 300 mega cukup 5 menit saja!

Tadinya saya sarapan roti tawar plus kopi dengan harapan saya bisa segeran biar bisa melanjutkan planning. Tapi ternyata otak saya ga jalan (memang setahun ini perubahan signifikan yang saya rasakan adalah saya ga bisa begadang, kalau begadang otak jadi ga bisa jalan). Akhirnya setelah jalan kesana kemari cari korsi yang pewe untuk tidur, saya berhasil tidur sekitar 1 atau 2 jam.
Saya terbangun hampir jam 12. Badan jauuuh lebih segar. Otak saya kembali berfungsi. Sambil duduk mengumpulkan nyawa, datanglah waktu shalat dzuhur. Setelah berwudhu, saya menanyakan letak pray room pada bagian airport. Sayangnyaaaa... pray room hanya ada di bagian departure. Akhirnya saya berjalan menelusuri area arrivals untuk mencari spot yang memungkinkan untuk saya shalat. Dan akhirnya saya memutuskan untuk shalat di nursing room. Hehehe. Mudah-mudahan suatu hari nanti bisa masuk nursing room bukan buat shalat aja ya, tapi juga untuk menyusui.

Karena hp lowbatt, saya numpang ngecharge lagi. Di situ saya sadar. Bahwa insting saya sekarang adalah bahasa Jepang! Hahaha. (Belagu). Ya maklum lah, belum 24 jam juga kan pindah posisi ke negara asing (loh, Korea disebut asing, terus Jepang apa?). Jadi telinga saya sensitif banget sama bahasa Jepang. Kedengeran aja kalau ada bahasa Jepang, dan langsung otomatis noleh cari sumber suara. Padahal kata temen-temen sih mereka biasanya keluar insting seperti itu kalau denger bahasa Indonesia. Hahaha.

Sambil berusaha mengumpulkan nyawa, dari kursi tempat saya tidur saya memperhatikan kondisi sekitar. Tiba-tiba saya merasa keder. Waaaw. Hebat amat si Tiara ini. Visa ga punya, bahasa Korea ga bisa, koneksi internet ga ada, tapi nekat ke Korea seorang diri! Hahaha. Sementara di sini semuaaa dalam bahasa Korea (yaiyaaalaah). Ya emang sih, rencana awal kan nyewa wifi egg dari hostel. Tapi tetep aja keder. Saya jadi mulai meragukan diri sendiri. Apa iya saya mampu keluar dan bertualang sendiri di Seoul? Sementara google maps aja dalam hangul. 

Saya sadar, trip ke Korea ini memang unprepared. Itin aja ga sempat dibuat karena terlalu sibuk packing. Sambil makan siang burger ayam saya berusaha menyusun itin. Tapi yang ada malah bingung sendiri. Karena berbeda dengan subway di Jepang, tidak ada keterangan berapa jarak ke tujuan, berapa lama waktu yang ditempuh, dan berapa harga tiket yang harus dikeluarkan. Seandainya tidak ingat hostel yang sudah dibayar, pengennya tidur di bandara aja deh. Hahaha.


to be continued...



Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post

Alam

Saya adalah seorang petualang. Dengan tubuh dan kaki yang kecil ini selalu mencoba menjelajahi setiap pelosok dunia.  Keindahan a...