Pengertian
Secara etimologis, terminologi otaku berasal dari kanji 「お宅」, yang berarti panggilan hormat untuk rumah orang lain dan juga merupakan panggilan hormat untuk orang kedua atau ”Anda”. Kalau digunakan kepada lawan bicara, kata otaku terkesan tidak akrab, tidak sopan tetapi tidak kasar dan menunjukkan jarak yang tidak dekat.
Istilah otaku pertama kali diperkenalkan oleh kolumnis Nakamori Akio dalam artikel Otaku no Kenkyuu, (オタクの研究)yang dimuat majalah Manga Burikko. Dalam artikel yang dimuat bersambung dari bulan Juni hingga Desember 1983 ini istilah otaku digunakan untuk menyebut penggemar berat subkultur seperti anime, komik, game, komputer, dan sejenisnya. Pada perkembangan selanjutnya, istilah otaku ditulis dengan 「オタク」 atau 「ヲタく」 untuk membedakan istilah slang dengan kata ganti orang kedua dalam bahasa Jepang baku.
Latar Belakang Kemunculan Otaku
Pada tahun 60-an, Jepang mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Perkembangan ini juga meliputi perkembangan produk media massa, diantaranya anime. Anime (アニメ)adalah sebutan yang diberikan oleh beberapa negara untuk menunjukkan suatu karya sebagai animasi Jepang. Tetapi di Jepang sendiri seluruh karya animasi baik yang berasal dari Jepang maupun luar negeri akan disebut sebagai anime. Kemudian, penggemar fanatik anime pun bermunculan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya kata otaku pada awalnya merupakan panggilan hormat untuk rumah orang lain dan juga merupakan panggilan hormat untuk orang kedua atau ”Anda”. Kemudian, dalam pertemuan para penggemar anime dan kolektor gambar anime, mereka saling memanggil dengan panggilan ’otaku’. Sejak saat itu kata ’otaku’ digunakan menyebut penggemar berat anime, komik, game, komputer, dan sejenisnya. Seperti yang ditulis Okada Toshio dalam artikel Shin Otaku Yougo(新オタク用語)atau Asal Mula Kata Otaku Baru9:
「オタク」という言葉は、もともとSFファン同士がイベントで集まる場などで使われる二人称として発生した。… この言い回しは、SFファンの間で爆発的に流行し、1982年のTVアニメ『超時空要塞マクロス』で、登場人物達が使うことによって、アニメファンにも一気に広まった。
‘Kata ‘otaku’ awalnya muncul di tempat perkumpulan atau event para penggemar SF (science fiction) yang digunakan sebagai persona orang kedua. … Perkataan yang diulang-ulang itu popular dengan hebat sekali di kalangan penggemar SF, lalu digunakan oleh para pemeran di anime “Choujikuuyousai Makurosu” tahun 1982, kemudian meluas juga ke kalangan penggemar anime.’
Sekarang di Jepang, istilah otaku sering digunakan di luar konteks penggemar berat anime atau manga untuk menggantikan istilah ‘mania’, sehingga ada istilah game-otaku, gundam-otaku (otaku mengenai robot gundam), gunji-otaku (otaku bidang militer), pasokon-otaku (otaku komputer), tetsudou-otaku (otaku kereta api), dan lain-lain.
Karakteristik dan Stereotip Otaku
Okada Toshio, seorang produser anime, telah menulis beberapa buku yang berkaitan dengan kebudayaan anime di antaranya Otakugaku Nyuumon(オタク学入門) atau Pengantar Ilmu Otaku, dan Otaku no Mayoi Michi (オタクの迷い道)atau Labirin Otaku. Karena ahli dalam ilmu otaku, teman-temannya dan para otaku di Jepang menjulukinya OtaKing (raja otaku). Dalam artikel Interview with Otaking10, Okada membuat karakteristik otaku sebagai berikut:
A man who is deep in something to tell no one about in his spiritual world.
A man who is addicted to animation and comic books though he is too old to do.
A man who is able to speak of the definition at least for 3 hours.
Otaku is people who have these characteristics. They are absorbed in not only particular category (Animation, comics, toy, and so on) but also minor at the social level. 2nd definition is important to explain them because most Japanese love these entertainment very much in their childhood. 3rd definition means they have had a pride at knowledge and contemplate their being otaku for a long time. So the longer their career of otaku is, the more they talk.
‘Orang yang menyelami sesuatu secara mendalam, dan tidak memberitahu siapapun tentang dunia spiritualnya.
Orang yang kecanduan terhadap animasi dan buku komik walaupun dia terlalu tua untuk melakukannya.
Orang yang mampu berbicara mengenai definisi (dari kegemarannya) paling sedikit selama 3 jam.’
’Otaku adalah orang yang memiliki karakteristik ini. Mereka diserap tidak hanya ke dalam kategori khusus (animasi, komik, mainan, dan sebagainya) tapi juga bagian kecil dalam tingkatan sosial. Karakteristik kedua penting untuk menjelaskan mereka karena orang Jepang menyukai hiburan-hiburan ketika mereka masih anak-anak. Karakteristik ketiga berarti mereka memiliki kebanggaan akan pengetahuan dan renungan otaku mereka dalam jangka waktu yang lama. Jadi semakin mereka berbicara banyak, semakin panjang karir otaku.’
Otaku tidak hanya terobsesi oleh anime, manga, dan game saja. Sebagaimana yang Okada jelaskan dalam artikel Shin Otaku Yougo (Asal Mula Kata Otaku Baru), ia membagi ruang lingkup kegemaran otaku, sebagai berikut:
オタク文化は、大きく分けて3つのメディアを中心に成り立っている。
一つ目は「Visual」。アニメやSF映画、特撮といった映像メディアである。
2つめは「Publishing」。マンガ、SF小説、ファンタジー小説等のジャンルを中心とした出版メディアである。広い目で見れば、コミケなどの同人誌即売会もこの範囲に含まれる。
3つめは「Digital」。アーケードゲーム、家庭用コンピュータゲーム、パソコン通信、インターネット及び、パソコンそのものの環境も含めたデジタル・メディアである。
以上「Visual」「Publishing」「Digital」という3つのメディアが中心ではあるが、その周辺にはガレージキット、コスプレ、アニソン(アニメの主題歌)カラオケなど、幅広いメディアが存在している。
… オタク的な態度というのはこれらジャンルの壁を越えて、常に広く深く観察研究しようとする態度であり、そのような人こそ、「現代的なオタク」と呼ばれるべき人々である。
’Budaya otaku, berpusat menjadi 3 bagian media.
Pertama adalah ”Visual”. Terdapat media gambar tokusatsu, gambar SF dan anime.
Kedua adalah ”Publishing”. Terdapat pada media penerbitan seperti novel fantasi dengan bergagai gender, novel SF, dan manga. Bila dilihat lebih luas, termasuk ruang lingkup penjualanan doujinshi di komike.
Ketiga adalah ”Digital”. Game komputer, game komputer untuk keperluan rumah tangga, browsing internet, pasocon termasuk kedalam lingkungan digital media.
Selain ketiga media “Visual” “Publishing” “Digital”, di sekelilingnya ada garage kit, cosplay, karoke anisong (lagu tema anime) dan lainnya, begitu luasnnya media yang ada.
Yang disebut tingkah laku secara otaku, membatasi tembok gender-gender seperti ini, biasanya bertingkah seperti meneliti dan meninjau lebih dalam dan luas, orang yang seperti itulah, orang-orang yang seharusnya dipanggil “otaku zaman sekarang”.’
Seperti yang dijelaskan Okada di atas, ruang lingkup kegemaran otaku tidak terbatas pada media ‘visual’ seperti anime, science fiction, tokusatsu(特撮), media ‘publishing’ seperti komik, novel scince fiction, doujinshi(同人誌), dan media ‘digital’ seperti game komputer, internet, personal komputer saja. Tapi, juga meliputi cosplay (costum player), anison (lagu tema anime), karoke, serta media lainnya.
Sedangkan Tsuzuki Kyoichi11, seorang mantan jurnalis majalah Popeye dan sekarang seorang editor seni, menjelaskan stereotip seorang otaku sebagai berikut:
”In the beginning otaku was used in a very a negative sense and meant someone who doesn’t look good, who has no girl friend, who is collecting silly things, and is generally out of the world. As I definition I would say that an otaku is a person who is into something useless. …
“They are easily visible, because they don’t care about the way they dress. They talk different, and look to the ground while talking face-to-face. They are not into physical activities, they are chubby or thin, but not fit. Never tanned. They don’t care for a good meal, they think they can spend their money on more important things.
“Mulanya otaku digunakan dalam pengertian negatif dan berarti seseorang yang tidak terlihat bagus, tidak memiliki kekasih, mengoleksi barang-barang lucu, dan biasanya ada di luar dunia. Seperti yang saya definisikan, saya akan mengatakan bahwa otaku adalah orang yang menjadi sesuatu yang tidak berguna. …’
“Mereka mudah dikenali, karena mereka tidak memperhatikan cara mereka berpakaian. Mereka berbicara berbeda, dan melihat ke bawah ketika berbicara langsung. Mereka tidak melakukan aktifitas fisik, mereka gemuk atau kurus, tapi tidak pas. Tidak pernah menyamak. Mereka tidak peduli untuk makanan sehat, mereka memikirkan mereka dapat menhabiskan uang mereka untuk barang-barang penting.’
Ron Adams dalam makalahnya yang berjudul Hikikomori/Otaku Japans Latest Out-Group, menambahkan:
Most otaku never actually meet each other, but instead communicate trough the internet.
The otaku spend their time obsessively memorizing and analyzing useless facts. If they love computers, yhen they will read everything and anything about computers they can find, from how to install a strange operating system-to designing their own robot.
‘Kebanyakan otaku tidak pernah bertemu satu sama lain, tapi malahan berkomunikasi melalui internet.’
‘Otaku menghabiskan waktunya untuk mengingat dan menganalisis fakta-fakta yang tidak berguna. Jika mereka mencintai komputer, mereka akan membaca apapun tentang komputer yang dapat mereka temui, dari bagaimana menginstal program komputer aneh sampai mendesain robot sendiri.’
Secara garis besar stereotip otaku adalah orang yang sangat terobsesi dengan anime, manga, game komputer, dan lain-lain. Waktunya dihabiskan untuk mengoleksi berbagai barang dan menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan obsesi mereka. Karena itu, banyak di antara mereka tidak memperhatikan penampilan mereka ataupun makanan yang mereka makan. Kebanyakan otaku tidak pernah bertemu dengan yang lain secara langsung, mereka berkomunikasi lewat internet, karena merasa aman melakukan komunikasi di depan layar komputer daripada bertemu langsung.
Rorikon
Di dunia anime, manga, dan game tidak jarang menampilkan tokoh utama seorang gadis cantik atau pahlawan wanita imut dalam ceritanya. Otaku yang menyukainya dijuluki rorikon-otaku. Rorikon adalah satu bagian dari otaku. Rorikon (ロリコン)atau lolicon atau lolita complex memiliki makna seseorang yang mempunyai obsesi kepada anak-anak di bawah umur, menjelang atau sebelum masa pubertas. Kata ’lolita’ merupakan sebuah judul novel karya Vladimir Nabokov, yang menceritakan seorang profesor yang memiliki kecenderungan menyukai gadis di bawah umur. Makna asli rorikon tidak diragukan lagi bermakna sama dengan pedofilia. Namun penggunaannya sebagai istilah serapan oleh komunitas otaku mengalami pergeseran makna menjadi seseorang yang berperilaku obsesif pada objek visual yang imut dan manis. Biasanya objek yang bersangkutan bertubuh kecil atau seperti anak-anak.
Secara etimologis, terminologi otaku berasal dari kanji 「お宅」, yang berarti panggilan hormat untuk rumah orang lain dan juga merupakan panggilan hormat untuk orang kedua atau ”Anda”. Kalau digunakan kepada lawan bicara, kata otaku terkesan tidak akrab, tidak sopan tetapi tidak kasar dan menunjukkan jarak yang tidak dekat.
Istilah otaku pertama kali diperkenalkan oleh kolumnis Nakamori Akio dalam artikel Otaku no Kenkyuu, (オタクの研究)yang dimuat majalah Manga Burikko. Dalam artikel yang dimuat bersambung dari bulan Juni hingga Desember 1983 ini istilah otaku digunakan untuk menyebut penggemar berat subkultur seperti anime, komik, game, komputer, dan sejenisnya. Pada perkembangan selanjutnya, istilah otaku ditulis dengan 「オタク」 atau 「ヲタく」 untuk membedakan istilah slang dengan kata ganti orang kedua dalam bahasa Jepang baku.
Latar Belakang Kemunculan Otaku
Pada tahun 60-an, Jepang mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Perkembangan ini juga meliputi perkembangan produk media massa, diantaranya anime. Anime (アニメ)adalah sebutan yang diberikan oleh beberapa negara untuk menunjukkan suatu karya sebagai animasi Jepang. Tetapi di Jepang sendiri seluruh karya animasi baik yang berasal dari Jepang maupun luar negeri akan disebut sebagai anime. Kemudian, penggemar fanatik anime pun bermunculan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya kata otaku pada awalnya merupakan panggilan hormat untuk rumah orang lain dan juga merupakan panggilan hormat untuk orang kedua atau ”Anda”. Kemudian, dalam pertemuan para penggemar anime dan kolektor gambar anime, mereka saling memanggil dengan panggilan ’otaku’. Sejak saat itu kata ’otaku’ digunakan menyebut penggemar berat anime, komik, game, komputer, dan sejenisnya. Seperti yang ditulis Okada Toshio dalam artikel Shin Otaku Yougo(新オタク用語)atau Asal Mula Kata Otaku Baru9:
「オタク」という言葉は、もともとSFファン同士がイベントで集まる場などで使われる二人称として発生した。… この言い回しは、SFファンの間で爆発的に流行し、1982年のTVアニメ『超時空要塞マクロス』で、登場人物達が使うことによって、アニメファンにも一気に広まった。
‘Kata ‘otaku’ awalnya muncul di tempat perkumpulan atau event para penggemar SF (science fiction) yang digunakan sebagai persona orang kedua. … Perkataan yang diulang-ulang itu popular dengan hebat sekali di kalangan penggemar SF, lalu digunakan oleh para pemeran di anime “Choujikuuyousai Makurosu” tahun 1982, kemudian meluas juga ke kalangan penggemar anime.’
Sekarang di Jepang, istilah otaku sering digunakan di luar konteks penggemar berat anime atau manga untuk menggantikan istilah ‘mania’, sehingga ada istilah game-otaku, gundam-otaku (otaku mengenai robot gundam), gunji-otaku (otaku bidang militer), pasokon-otaku (otaku komputer), tetsudou-otaku (otaku kereta api), dan lain-lain.
Karakteristik dan Stereotip Otaku
Okada Toshio, seorang produser anime, telah menulis beberapa buku yang berkaitan dengan kebudayaan anime di antaranya Otakugaku Nyuumon(オタク学入門) atau Pengantar Ilmu Otaku, dan Otaku no Mayoi Michi (オタクの迷い道)atau Labirin Otaku. Karena ahli dalam ilmu otaku, teman-temannya dan para otaku di Jepang menjulukinya OtaKing (raja otaku). Dalam artikel Interview with Otaking10, Okada membuat karakteristik otaku sebagai berikut:
A man who is deep in something to tell no one about in his spiritual world.
A man who is addicted to animation and comic books though he is too old to do.
A man who is able to speak of the definition at least for 3 hours.
Otaku is people who have these characteristics. They are absorbed in not only particular category (Animation, comics, toy, and so on) but also minor at the social level. 2nd definition is important to explain them because most Japanese love these entertainment very much in their childhood. 3rd definition means they have had a pride at knowledge and contemplate their being otaku for a long time. So the longer their career of otaku is, the more they talk.
‘Orang yang menyelami sesuatu secara mendalam, dan tidak memberitahu siapapun tentang dunia spiritualnya.
Orang yang kecanduan terhadap animasi dan buku komik walaupun dia terlalu tua untuk melakukannya.
Orang yang mampu berbicara mengenai definisi (dari kegemarannya) paling sedikit selama 3 jam.’
’Otaku adalah orang yang memiliki karakteristik ini. Mereka diserap tidak hanya ke dalam kategori khusus (animasi, komik, mainan, dan sebagainya) tapi juga bagian kecil dalam tingkatan sosial. Karakteristik kedua penting untuk menjelaskan mereka karena orang Jepang menyukai hiburan-hiburan ketika mereka masih anak-anak. Karakteristik ketiga berarti mereka memiliki kebanggaan akan pengetahuan dan renungan otaku mereka dalam jangka waktu yang lama. Jadi semakin mereka berbicara banyak, semakin panjang karir otaku.’
Otaku tidak hanya terobsesi oleh anime, manga, dan game saja. Sebagaimana yang Okada jelaskan dalam artikel Shin Otaku Yougo (Asal Mula Kata Otaku Baru), ia membagi ruang lingkup kegemaran otaku, sebagai berikut:
オタク文化は、大きく分けて3つのメディアを中心に成り立っている。
一つ目は「Visual」。アニメやSF映画、特撮といった映像メディアである。
2つめは「Publishing」。マンガ、SF小説、ファンタジー小説等のジャンルを中心とした出版メディアである。広い目で見れば、コミケなどの同人誌即売会もこの範囲に含まれる。
3つめは「Digital」。アーケードゲーム、家庭用コンピュータゲーム、パソコン通信、インターネット及び、パソコンそのものの環境も含めたデジタル・メディアである。
以上「Visual」「Publishing」「Digital」という3つのメディアが中心ではあるが、その周辺にはガレージキット、コスプレ、アニソン(アニメの主題歌)カラオケなど、幅広いメディアが存在している。
… オタク的な態度というのはこれらジャンルの壁を越えて、常に広く深く観察研究しようとする態度であり、そのような人こそ、「現代的なオタク」と呼ばれるべき人々である。
’Budaya otaku, berpusat menjadi 3 bagian media.
Pertama adalah ”Visual”. Terdapat media gambar tokusatsu, gambar SF dan anime.
Kedua adalah ”Publishing”. Terdapat pada media penerbitan seperti novel fantasi dengan bergagai gender, novel SF, dan manga. Bila dilihat lebih luas, termasuk ruang lingkup penjualanan doujinshi di komike.
Ketiga adalah ”Digital”. Game komputer, game komputer untuk keperluan rumah tangga, browsing internet, pasocon termasuk kedalam lingkungan digital media.
Selain ketiga media “Visual” “Publishing” “Digital”, di sekelilingnya ada garage kit, cosplay, karoke anisong (lagu tema anime) dan lainnya, begitu luasnnya media yang ada.
Yang disebut tingkah laku secara otaku, membatasi tembok gender-gender seperti ini, biasanya bertingkah seperti meneliti dan meninjau lebih dalam dan luas, orang yang seperti itulah, orang-orang yang seharusnya dipanggil “otaku zaman sekarang”.’
Seperti yang dijelaskan Okada di atas, ruang lingkup kegemaran otaku tidak terbatas pada media ‘visual’ seperti anime, science fiction, tokusatsu(特撮), media ‘publishing’ seperti komik, novel scince fiction, doujinshi(同人誌), dan media ‘digital’ seperti game komputer, internet, personal komputer saja. Tapi, juga meliputi cosplay (costum player), anison (lagu tema anime), karoke, serta media lainnya.
Sedangkan Tsuzuki Kyoichi11, seorang mantan jurnalis majalah Popeye dan sekarang seorang editor seni, menjelaskan stereotip seorang otaku sebagai berikut:
”In the beginning otaku was used in a very a negative sense and meant someone who doesn’t look good, who has no girl friend, who is collecting silly things, and is generally out of the world. As I definition I would say that an otaku is a person who is into something useless. …
“They are easily visible, because they don’t care about the way they dress. They talk different, and look to the ground while talking face-to-face. They are not into physical activities, they are chubby or thin, but not fit. Never tanned. They don’t care for a good meal, they think they can spend their money on more important things.
“Mulanya otaku digunakan dalam pengertian negatif dan berarti seseorang yang tidak terlihat bagus, tidak memiliki kekasih, mengoleksi barang-barang lucu, dan biasanya ada di luar dunia. Seperti yang saya definisikan, saya akan mengatakan bahwa otaku adalah orang yang menjadi sesuatu yang tidak berguna. …’
“Mereka mudah dikenali, karena mereka tidak memperhatikan cara mereka berpakaian. Mereka berbicara berbeda, dan melihat ke bawah ketika berbicara langsung. Mereka tidak melakukan aktifitas fisik, mereka gemuk atau kurus, tapi tidak pas. Tidak pernah menyamak. Mereka tidak peduli untuk makanan sehat, mereka memikirkan mereka dapat menhabiskan uang mereka untuk barang-barang penting.’
Ron Adams dalam makalahnya yang berjudul Hikikomori/Otaku Japans Latest Out-Group, menambahkan:
Most otaku never actually meet each other, but instead communicate trough the internet.
The otaku spend their time obsessively memorizing and analyzing useless facts. If they love computers, yhen they will read everything and anything about computers they can find, from how to install a strange operating system-to designing their own robot.
‘Kebanyakan otaku tidak pernah bertemu satu sama lain, tapi malahan berkomunikasi melalui internet.’
‘Otaku menghabiskan waktunya untuk mengingat dan menganalisis fakta-fakta yang tidak berguna. Jika mereka mencintai komputer, mereka akan membaca apapun tentang komputer yang dapat mereka temui, dari bagaimana menginstal program komputer aneh sampai mendesain robot sendiri.’
Secara garis besar stereotip otaku adalah orang yang sangat terobsesi dengan anime, manga, game komputer, dan lain-lain. Waktunya dihabiskan untuk mengoleksi berbagai barang dan menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan obsesi mereka. Karena itu, banyak di antara mereka tidak memperhatikan penampilan mereka ataupun makanan yang mereka makan. Kebanyakan otaku tidak pernah bertemu dengan yang lain secara langsung, mereka berkomunikasi lewat internet, karena merasa aman melakukan komunikasi di depan layar komputer daripada bertemu langsung.
Rorikon
Di dunia anime, manga, dan game tidak jarang menampilkan tokoh utama seorang gadis cantik atau pahlawan wanita imut dalam ceritanya. Otaku yang menyukainya dijuluki rorikon-otaku. Rorikon adalah satu bagian dari otaku. Rorikon (ロリコン)atau lolicon atau lolita complex memiliki makna seseorang yang mempunyai obsesi kepada anak-anak di bawah umur, menjelang atau sebelum masa pubertas. Kata ’lolita’ merupakan sebuah judul novel karya Vladimir Nabokov, yang menceritakan seorang profesor yang memiliki kecenderungan menyukai gadis di bawah umur. Makna asli rorikon tidak diragukan lagi bermakna sama dengan pedofilia. Namun penggunaannya sebagai istilah serapan oleh komunitas otaku mengalami pergeseran makna menjadi seseorang yang berperilaku obsesif pada objek visual yang imut dan manis. Biasanya objek yang bersangkutan bertubuh kecil atau seperti anak-anak.